Ada beberapa insight dalam buku
"Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal Tuhannya", mahakarya Jalaluddin Rumi, diantaranya adalah:
- Sebagai manusia, kita memang dituntut untuk selalu memohon dan berdoa kepada Sang Pemilik kosmik. tuntutan tersebut datang dari keberserahan diri. Hal ini, oleh Rumi dianalogikan dengan seekor anjing yang sedang lapar, tetapi tidak tinggal diam, anjing tersebut berusaha memberikan kode dengan mengibaskan ekornya. Jadi, ketika manusia berada pada titik yang tidak ia harapkan, bukannya pasrah dan menyerah, sepatutnya dia memohon dan berdoa. Berdoa kepada Ruma Hatala (Allah Swt), menunjukkan bahwa kita sedang ber-usaha. (maksud Rumi, jangan mau kalah sama seekor anjing, yang dia ketika lapar memohon kepada majikannya untuk memberikan makanan, dengan mengibaskan ekornya).
Ditambahkan pula, kisah Zakaria yang memohon diberi keturunan, maka Allah mengabulkan dengan membawa Yohanes. Zakaria dan istrinya memiliki Yohanes, ketika mereka lemah dan tua. Istri Zakaria tiba-tiba haid dan mengandung.
Tuhan berkata, "Panggilah Aku, dan Aku akan mendengarkan permintaanmu! " [Qs. 40: 60]
- Selanjutnya, Rumi memberikan analogi tentang burung yang terbang tinggi menuju surga, tetapi tidak juga sampai pada tujuannya. Walau demikian, burung tersebut tetap terbang tinggi, lebih tinggi dari yang lainnya.
Yang Saya tangkap, dari analogi ini bahwa ketika manusia terbang untuk menggapai harapan dan cita-cita, tidaklah terlalu penting apakah sampai atau tidak, yang terpenting adalah usaha dan perjalanannya (proses).
jangan khawatirkan bagaimana hari esok, percaya penuhlah kepada Allah swt.
- Jika seorang manusia mampu mengendalikan hawa nafsunya, ia lebih mulia dari malaikat. Jika seorang manusia tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya (sebaliknya, dikendalikan oleh hawa nafsu), maka ia lebih rendah dari binatang.
- "dunia ini bagaikan mimpi". Dunia dan kenikmatannya bagaikan orang yang meminum sesuatu di dalam mimpi.
Maksud yang Saya pahami dari perkataan Rumi tersebut; dunia dengan segala kenikmatannya tidak ada artinya, tidak berharga. seperti kita yang sedang bermimpi meminum sesuatu (katakanlah, minum es segar). Ketika, kita terbangun dari mimpi itu, apakah rasa haus kita akan hilang? tidak, karena semua kenikmatan dalam mimpi itu tidaklah ada artinya.
Jangan terlalu terpesona dengan segala kenikmatan dunia.
- Rasa Syukur adalah Pintu Menuju Kebaikan (bagian Empat Puluh Delapan) rasa syukur menjauhkan kita dari rasa sakit.
────────────
Dalam bukunya, sang Maulana Rumi, banyak menggunakan analogi. Sehingga membaca sekali dua kali agaknya susah untuk dipahami. Namun, sebagian "kecil" dalam buku ini mampu memberikan sebagian "besar" ruang dalam diri, untuk merenung.
Buku "Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal Tuhannya". Diterjemahkan oleh Anwar Kholid, cetakan pertama tahun 2000, diterbitkan oleh Pustaka Hidayah. Silakan membacanya dan renungi secara mendalam!